PANTUN
Pengertian Pantun
Pantun
merupakan salah satu jenis pusi lama yang sangat luas dikenal
dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam
bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa,
misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa sunda dikenal sebagai
paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa).
Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan),
setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak
boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun
sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Pantun terdiri atas dua bagian, sampiran
dan isi. Sampiran adalah bagian yang mengantarkan rima/sajak. Sedangkan
Isi adalah bagian yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Menurut
Surana (2001:31), pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik
sebait berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu
bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil
sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya
dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap
larik antara 8-12.
Tujuan
diciptakan Pantun
Zaman dahulu,
pantun digunakan sebagai bahasa pengantar atau bahasa pergaulan. Selain itu
pantun diciptakan untuk berbagai tujuan, antara lain menyampaikan
nasihat, menyatakan rasa sayang, ajaran budi pekerti dan moral, untuk
kepentingan sosial, serta untuk hiburan atau kejenakaan semata. Secara umum peran sosial pantun
adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.Suatu pesan
(Baik itu nasihat, sindiran dan lain-lain) akan terdengar lebih menarik jika
disampaikan dalam bentuk pantun.
.
Ciri-Ciri
Pantun
1.
Satu
bait pantun (sebuah pantun) terdiri atas empat larik (atau
empat baris bila dituliskan).
2.
Satu
larik pantun biasanya terdiri atas 2-6 kata dan 8-12 suku kata,
namun yang paling sering ditemui adalah 4 kata.
3.
Pada
tiap akhir larik terdapat rima / sajak, yang
berpola a-b-a-b.
4.
Pantun
terdiri dari sampiran pada dua baris pertama, dan isi
pada dua baris terakhir.
Sampiran pada pantun berfungsi menyiapkan rima dan irama supaya mempermudah pendengar memahami isi pantun, sedangkan isi adalah tujuan dari pantun itu sendiri. Sampiran terhadap isi tidak memiliki hubungan makna. Karena jika memiliki hubungan makna tidaklah disebut sebagai pantun, melainkan hanya Syair bersajak.
Sampiran pada pantun berfungsi menyiapkan rima dan irama supaya mempermudah pendengar memahami isi pantun, sedangkan isi adalah tujuan dari pantun itu sendiri. Sampiran terhadap isi tidak memiliki hubungan makna. Karena jika memiliki hubungan makna tidaklah disebut sebagai pantun, melainkan hanya Syair bersajak.
Struktur Pantun
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi
sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar
memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan. Meskipun
pada umumnya sampiran tak berhubungan dengan isi kadang-kadang bentuk sampiran
membayangkan isi. Sebagai contoh dalam pantun di bawah ini:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Jenis Pantun Menurut Jumlah Baris :
Beberapa sarjana Eropa berusaha mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak selalu berlaku. selain bentuk empat baris, kalian juga akan mendapati pantun yang terdiri atas dua baris, enam baris, delapan baris, dan bentuk berkait. Seperti yang terlihat padacontoh berikut
.
Sudah gaharu cendana pula, } sampiran
sudah tahu bertanya pula. } isi
Kura-kura dalam perahu, } sampiran
pura-pura tidak tahu. } isi
Sudah gaharu cendana pula, } sampiran
sudah tahu bertanya pula. } isi
Kura-kura dalam perahu, } sampiran
pura-pura tidak tahu. } isi
(a)Pantun tersebut merupakan pantun yang terdiri atas dua larik atau baris dan bersajak a-a. Pantun itu dikenal dengan sebutan karmina atau pantun kilat. Larik pertama pada pantun itu merupakan sampiran dan larik keduanya merupakan isi.
(b)Talibun merupakan jenis puisi bebas yang di dalamnya terdapat beberapa baris
dalam rangkap untuk menjelaskan pemerian. Isi pantun jenis ini berdasarkan
sebuah perkara yang diceritakan secara terperinci dengan memanfaatkan
pengulangan kata pada baris berikutnya untuk memberikan penekanan. Talibun bisa terdiri dari 6 baris atau 8 baris.
Contoh Talibun :
Bukan hamba takutkan mandi, } sampiran baris 1
takut hamba berbasah-basah, } sampiran baris 2
mandi di lubuk Pariangan. } sampiran baris 3
Bukan hamba takutkan mati, } isi baris 1
takut hamba kan patah-patah, } isi baris 2
di dalam bertunangan. } isi baris 3
Jenis-jenis pantun Menurut Isinya :
1. Pantun Jenaka
jangan suka makan mentimun
karna banyak getahnya
hai kawan jangan melamun
melamun itu tak ada gunanya
2.
Pantun Adat
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
3.
Pantun Agama
Daun terap di atas dulang
Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
Daun terap di atas dulang
Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
4.
Pantun
Budi
Biarlah orang bertanam buluh
Mari kita bertanam padi
Biarlah orang bertanam musuh
Mari kita menanam budi
Biarlah orang bertanam buluh
Mari kita bertanam padi
Biarlah orang bertanam musuh
Mari kita menanam budi
5.
Pantun
Kepahlawanan
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang dibumi
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang dibumi
6.
Pantun
Kias
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam digunung ikan dilaut
Dalam belanga bertemu juga
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam digunung ikan dilaut
Dalam belanga bertemu juga
7.
Pantun
Nasihat
Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
8.
Pantun
Percintaan
Anak kera di atas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati
Anak kera di atas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati
9.
Pantun
Peribahasa
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
10.
Pantun
Perpisahan
Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
11.
Pantun
teka-teki
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji diluar apa buahnya
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji diluar apa buahnya
Berdasarkan bentuknya , pantun
dibedakan menjadi berikut ini
a. Pantun biasa
Pantun yang terdiri atas empat baris dengan ciri-ciri
tersebut di muka disebut pantun biasa.Contoh-contoh di muka termasuk pantun
biasa.
b. Pantun
berkait
Pantun berkait terdiri atas lebih dari dua bait. Baris
kedua dan dan keempat pada bait 1 menjadi ke 1 dan ke 3 bait 2, begitu
seharusnya.
Contoh:
Buah ara, batang dibantun
Mari bantun dengan parang
Hai saudara dengarlah pantun
Pantun, mengata orang
Mari bantun dengan parang
Berang besarn di dalam padi.
Pantun tidak mengata orang
Janganlah syak di dalam hati
Berang besar di dalam padi
Rumpun buluk dibuat pagar
Jangan syak di dalam hati
Maklum pantun saya belajar.
Dari berbagai uraian pengembangan struktur dasar
teks pantun dalam beberapa
jenis pantun yang berbeda, seperti karmina, talibun, dan pantun berkait, dapat diambil
kesimpulan bahwa separuh pertama dari jumlah baris yang ada pada setiap pantun
merupakan sampiran, dan separuh lainnya adalah isi. Yang menjadi catatan bahwa
setiap pantun pasti memiliki jumlah baris yang genap, sebab setiap sampiran selalu
mempunyai pasangan isi.
jenis pantun yang berbeda, seperti karmina, talibun, dan pantun berkait, dapat diambil
kesimpulan bahwa separuh pertama dari jumlah baris yang ada pada setiap pantun
merupakan sampiran, dan separuh lainnya adalah isi. Yang menjadi catatan bahwa
setiap pantun pasti memiliki jumlah baris yang genap, sebab setiap sampiran selalu
mempunyai pasangan isi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar