Selasa, 13 Mei 2014

Biografi Dahlan Iskan


Biografi Dahlan Iskan  
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKxJ-g0h7dIt47TKMSynzzPs2BaO840Mq7VY7YyyCgEaKVsT99X0nqdBRUFeeGJzwoNaJoPR5J8XgBP-GSxG2eAvWA8lLhzL1-LJcNbO4-FAQkPzse5UsoCEV9RY7p7bHXs7uxNYSyh9lG/s236/Biografi+Orang+Sukses+-+Biografi+Tokoh+Dunia+-+Biografi+Dahlan+Iskan.jpg

Dahlan Iskan adalah salah satu putera terbaik Indonesia. Beliau dikenal masyarakat karena keberhasilannya dalam memimpin surat kabar Jawa Pos yang awalnya hanya koran daerah yang hampir gulung tikar menjadi koran nasional dengan penjualan yang sangat fantastis. Saat ini Dahlan Iskan menjabat menjadi menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar.Dahlan Iskan dilahirkan di Magetan Jawa Timur, tepatnya di desa Kebun Dalam Tegalarum, Kecamatan Bendo, Magetan, Jawa Timur pada tahun 1951. Dahlan Iskan tidak pernah tahu tepatnya tanggal dan bulan ia dilahirkan, sampai saat ini tanggal yang ia gunakan sebagai tanggal lahir adalah karangannya sendiri. Ia menggunakan tanggal 17 Agustus 1951 sebagai hari kelahirannya karena tanggal itu tepat hari kemerdekaan Indonesia sehingga mudah diingat. Selain itu mungkin ia juga ingin tersemangati dengan tanggal itu seperti semangat para pejuang tahun 45.


Masa Kecil Dahlan Iskan

Dahlan Iskan adalah anak dari pasangan Mohammad Iskan dan Lisnah. Dahlan adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak pertamanya bernama Khosyatun, kakak keduanya bernama Sofwati sedangkan adik bungsunys bernama Zainuddin. Orang tua Dahlan Iskan bukanlah orang kaya, bahkan sangat miskin sekali. Dahlan dan saudara-saudaranya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Kehidupan telah menempa Dahlan kecil menjadi pribadi yang tangguh. Sering ia dan saudaranya merasa perih di perut karena menahan rasa lapar, ia belitkan sarung di perutnya. Kemiskinan bukan berarti harus meminta-minta untuk dikasihani melainkan harus dihadapi dengan bekerja dan berusaha. Ayah Dahlan pernah berkata “ Kemiskinan yang dijalani dengan tepat akan mematangkan jiwa”. Begitulah prinsip keluarga Dahlan.

Pada saat kecil Dahlan Iskan hanya memiliki baju satu stel yaitu kaos dan celana serta satu sarung. Sarung adalah baju serba guna bagi dahlan, saat beribadah ia gunakan sarung, saat baju dan celana nya dicuci , ia gunakan sarung sampai pakaiannya kering, saat tidur di malam hari ia gunakan sarung untuk selimut. Ketika sekolah ia tidak mempunyai sepatu. Saat itu jarak antara rumah dan sekolahnya puluhan kilometer, sehingga ia dan saudaranya menempuhnya dengan berjalan kaki dengan merasakan lecet di telapak kaki karena tak bersepatu. Sehingga ia menyimpan keinginan besar (menurutnya saat itu) yaitu bisa memiliki sepeda dan sepatu (cerita ini bisa anda baca di buku “Sepatu Dahlan”).


Kenakalan Dahlan Kecil
Sepulang sekolah, Dahlan tak lantas bermain-main. Ia harus bekerja membantu orang tuanya seperti menyabit rumput, menjadi kuli seset di kebun tebu, menggembala kambing dan lainnya. Namun hal ini tak lantas membuat Dahlan kecil kehilangan keceriaannya. Ia tetaplah menjadi anak kecil yang periang dan sesekali nakal. Pernah suatu hari, karena sangat ingin memiliki sepatu, Dahlan membongkar lemari ayahnya guna mencari siapa tahu ayahnya menyimpan sejumlah uang disana. Ia juga pernah mendapatkan nilai merah di raport-nya. Ketika ia telah berhasil memiliki sepatu, ia tetap ‘nyeker’ berjalan ke sekolah dan sepatunya ia ‘tenteng’ agar tetap awet dan tidak rusak. Pengalaman kenakalan Dahlan waktu kecil yang lain adalah saat adu menunggang kerbau dan Dahlan terjatuh dari kerbaunya yang mengakibatkan mulutnya terluka.

Karir Dahlan Iskan

 Dahlan Iskan mulai bersekolah di madrasah yang juga disebut sekolah rakyat (sekarang bernama sekolah dasar). Setelah tamat ia melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama, kemudian ke sekolah aliyah setingkat SLTA. Setamat SLTA, Dahlan Iskan melanjutkan sekolahnya di fakultas hukum IAIN Sunan Ampel dan di Universitas 17 Agustus. Semasa kuliah ia lebih senang mengikuti kegiatan kemahasiswaan seperti Pelajar Islam Indonesia dan menulis majalah mahasiswa dan koran mahasiswa ketimbang mengikuti kuliah. Karena keasyikannya itu ia jadi tidak meneruskan kuliahnya. Kemudian Dahlan Iskan hijrah ke Samarinda, Kalimantan Timur, disana ia numpang di rumah kakak tertuanya. Disana ia menjadi reporter sebuah surat kabar lokal. Tulisan Dahlan banyak yang meminatinya.

Pada Tahun 1976, Dahlan kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai wartawan majalah Tempo. Saat itu terjadi musibah yang bersejarah yaitu tenggelamnya kapal Tampomas. Dahlan menulis tentang musibah tersebut dengan sepenuh hati dan meletakkannya di Headline News Tempo. Tak disangka hasilnya sangat luar biasa, dari respon pembaca banyak yang menyukai  gaya Dahlan menulis. Hal inilah yang membuat pimpinan Tempo mengangkat Dahlan sebagai kepala biro Tempo Jatim.

Walau sudah bekerja dan menulis untuk Tempo, diam-diam Dahlan juga menulis untuk koran lain seperti Surabaya Post dan surat kabar mingguan seperti Ekonomi Indonesia sebagai tambahan penghasilan. Hal ini diketahui oleh pimpinan Tempo dan menegur Dahlan.
 Dahlan Iskan dan Jawa Pos

Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari dia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos-nya, The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja.

Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London, Inggris.

Saat itu terdengar kabar bahwa Jawa Pos dibeli oleh Direktur Utama PT Grafiti Pers, Penerbit Tempo yaitu Eric Samola. Melihat prestasinya yang lumayan dan keinginan Dahlan untuk berbuat lebih, tahun 1982 ia dipromosikan menjadi pemimpin Koran Jawa Pos. Awalnya koran Jawa Pos bernama Java Post kemudian diganti dengan Djawa Post dan diganti lagi menjadi Jawa Pos. Awalnya media masa Surabaya dikuasai oleh Surabaya Post dan Kompas. Saat Dahlan Iskan ditunjuk menjadi pimpinan Jawa Pos, Jawa Pos hampir bangkrut karena kalah bersaing. Perputarannya saja hanya 6.800 eksemplar. Namun Dahlan tidak berputus asa. Ia mencari akal untuk menyelamatkan Jawa Pos.

Ketika itu budaya membaca koran adalah di sore hari. Melihat ini muncullah ide cemerlang Dahlan. Ia memutuskan bahwa Jawa Pos akan diterbitkan dan dibagikan di pagi hari. Ide ini di gulirkan Dahlan agar Jawa Pos seakan-akan bisa memberikan berita lebih cepat dari koran lain.

Namun tidak semua stafnya menyetujui usul Dahlan karena bertentangan dengan kebiasaan masyarakat dalam membaca koran. Sore hari adalah saat santai, orang pulang kerja sembari santai dengan membaca koran. Sedangkan pagi hari, banyak orang diburu waktu untuk kerja. Mana mungkin ada waktu untuk membaca koran. Bagaimana nanti jika Jawa Pos tidak laku jika diterbitkan pagi hari. Begitulah argumen para stafnya yang tidak setuju dengan usul Dahlan.

Namun Dahlan tidak menyerah, justru inilah kesempatan Jawa Pos. Saat koran lain belum terbit, Jawa Pos mendahului untuk terbit dan dibagikan. Sehingga akan membentuk opini bahwa Jawa Pos lebih cepat meliput berita dan lebih cepat mengetahui berita dibandingkan koran lain. Persoalan kebiasaan membaca koran di sore hari itu pelan-pelan dapat di rubah di pagi hari. Tentunya orang akan lebih senang jika lebih cepat mengetahui apa yang terjadi di masyarakat ketimbang yang terakhir tahu.

Akhirnya Jawa Pos terbit di pagi hari. Awalnya masyarakat kaget ada koran yang terbit di pagi hari. Tetapi dengan sabar Dahlan dan timnya mengedukasi masyarakat untuk membaca koran di pagi hari. Dahlan membentuk opini bahwa lebih cepat mengetahui berita yang up to date itu lebih cerdas dan lebih keren. Untuk hal ini Dahlan Iskan bahkan terjun langsung dalam memasarkan koran Jawa Pos.

Pelan-pelan Jawa Pos membiasakan masyarakat untuk membaca koran di pagi hari. Menerbitkan kkoran di pagi hari, Jawa Pos hampir tidak ada saingannya karena koran lain tetap terbit sore hari. Akhirnya dalam kurun waktu lima tahun yaitu 1982-1987 Jawa Pos berhasil terbit dengan oplah 126.000 eksemplar. Omset Jawa Pos naik 20 kali lipat dari omset ditahun pertama yaitu tahun 1982. Omset Jawa Pos mencapai 10,6 miliar. Dari surat kabar yang hampir gulung tikar, Dahlan Iskan menjadikan Jawa Pos menjadi surat kabar yang spektakuler dan Jawa Pos di bawah kepemimpinan Dahlan berhasil merubah kebiasaan masyarakat dari membaca koran di sore hari menjadi pagi hari.

Melihat keberhasilan Jawa Pos, koran lain yang awalnya terbit sore juga ikut-ikutan ter bit pagi karena takut kehilangan pasar. Di tahun 1993 saat usianya mencapai 42 tahun, Dahlan mengundurkan diri menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum Jawa Pos karena ia ingin memberikan kesempatan pada orang yang lebih muda untuk berkarya.
Dahlan Menjadi Dirut PLN

Kesuksesan Dahlan Iskan dalam mengembangkan Jawa Pos Group sangat terkenal dimana-mana. Setiap saat media cetak dan elektronik meliput keberhasilan raja media asal Jawa Timur ini sampai-sampai Presiden SBY pun tahu kecemerlangan Dahlan Iskan dalam memimpin JPNN. Waktu itu di Jakarta sedang musimnya mati lampu. Banyak masyarakat yang mengeluh alat elektroniknya rusak gara-gara byar-pet ini. Fahmi Mochtar yang menjadi Dirut PLN saat itu banyak menuai kritikan. Akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan keputusan untuk mengangkat Dahlan Iskan menjadi Dirut PLN menggantikan Fahmi Mochtar.

Banyak pihak yang tidak setuju dan meragukan hal itu. Bahkan tak segan pihak yang kontra mencibir dengan mengatakan “ Mana mungkin Dahlan Iskan yang hanya lulusan SLTA dan tidak lulus kuliah bisa memimpin PLN. Jangan samakan PLN dengan Jawa Pos.” Menanggapi hal itu Dahlan Iskan dengan santainya menjawab “PLN ini tempat berkumpul orang-orang hebat, karyawan lulusan SMA jurusan terhebat, Fisika, jurusan yang dianggap paling pintar. Lalu, masuk fakultas teknik elektro ITB, yang juga terhebat. Lulus ITB, diseleksi lagi masuk PLN oleh senior-senior yang hebat. Tidak diragukan lagi, PLN adalah kumpulan orang-orang terhebat dan terpintar di negeri ini” “ Ya. Yang dibutuhkan sekarang adalah manusia bodoh seperti saya”. Benar saja, dibawah kepemimpinan Dahlan Iskan yang full visi dan memiliki etos kerja yang tinggi, PLN memiliki banyak kemajuan. Seperti tidak byar-pet lagi dan pelayanannya lebih profesional.
Dahlan Menjadi Menteri BUMN


Saat diangkat menjadi Menteri BUMN, ada satu pertanyaan yang dialamatkan ke Dahlan, kurang lebih pertanyaannya seperti ini “BUMN adalah lembaga yang sering menjadi sasaran empuk korupsi, bagaimana menurut anda?” Menanggapi pertanyaan seperti itu, Dahlan tersenyum sambil menjawab “ Menurut pengamatan saya, di lembaga ini ada 10% orang yang jujur dan ada 10% orang yang tidak jujur. Sedangkan yang 80% berada di tengah-tengahnya, tergantung yang memimpin. Jika yang memimpin termasuk orang yang jujur maka yang 80% tadi ikut yang jujur sehingga yang jujur menjadi 90%. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur maka yang 80% juga ikut yang tidak jujur sehingga yang tidak jujur juga menjadi 90%. Jadi kembali lagi ke pemimpinnya” Wow excellent. Jawaban yang sangat cerdas.


Semenjak menjadi menteri BUMN, Dahlan Iskan melakukan beberapa gerakan. Salah satunya adalah membersihkan BUMN dari korupsi. Langkah awalnya adalah dengan memberi kriteria khusus dalam mengangkat CEO di perusahaan BUMN. Salah satu kriterianya adalah memiliki integritas yang tinggi. Syarat yang lain adalah memiliki antusias untuk maju.

Dahlan tidak menyebut pandai sebagai syaratnya karena semua orang sudah pasti pandai. "Satu integritas yang baik, kenapa bukan kepintaran karena saya yakin semua orang sudah pintar, yang kedua adalah harus mempunyai antusias keinginan maju, banyak orang integritas tinggi tapi tidak punya antusias. Tapi ada juga antusias tidak integritas dia kaya kuda liar," jelas Dahlan.


Tanggapan saya : Menurut saya pak dhalan iskan adalah tokoh yang patut di teladani walaupun beliau berasal dari orang yang tidak mampu, tapi semangatnya yang kuat membuktikan bahwa orang tidak mampu juga bisa bersaing dan bisa menjadi orang sukses. Yang kedua yaitu meski tidak tamat dalam kuliahnya beliau tetap bisa sukses bahkan kini menjadi menteri BUMN hal tersebut membuktikan bukan hanya pendidikan tapi kreativitas dan semngat yang bisa membuat orang terus menerus menjadi lebih baik. Ide- idenya memotivasi kita untuk selalu membuat inovasi baru yang dapat menunjang karir kita.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar